Senin, 30 Juli 2012

Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia

NAMA : AMALIAH
NIM     : 105335698 09
KELAS: VI D

Tugas Individu
.Tes kemampuan menulis


a. Tes kemampuan ingatan :
    Apakah yang di maksud dengan kalimat?
b. Tes kemampuan menulis tingkat pemahaman :
    Uraikan perbedaan kalimat tunggal dengan kalimat majemuk?
c. Tes kemampuan menulis tingkat penerapan :
    Buatlah masing-masing kalimat langsung dan kalimat tidak langsung?
d. Catatan tes kemampuan menulis tingkatan analisis ke atas:
    Buatlah sebuah tes wawancara tentang pendidikan?

 TES KASASTRAAN
a. Tes kesastraan tingkat ingatan :
    Siapa nama pengarang novel ibuk?
b. Tes kesastraan tingkat pemahaman :
   Buatlah ringkasan cerita dalam novel ibuk?
c. Tes kesastraan tingkat penerapan :
    Ubahlah kata-kata/kalimat yang tidak baku menjadi kalimat baku di dalam novel Ibuk?
d. Tes kesastraan tingkat analisis:
    Konflik apa saja yang terjadi di dalam novel Ibuk?
e. Tes kesastraan tingkat sintetis :
     Tuliskan tema,alur, setting dan tokoh dalam novel Ibuk?
f. Tes kesastraan tingkat penilaian :
    Siswa di tuntut mampu melakukan penilaian terhadap berbagai masalah kesastraan, baik karya sastra dengan unsur-unsurnya! 

Materi Tes Kesastraan
 
Resensi Novel Ibuk


Penulis                            :  Iwan Setyawan
Penerbit                          :  Gramedia Pustaka Utama
Cetakan&Tahun Terbit  :  Juni 2012
Harga Buku                    :  Rp58.000,00
Kategori                         :  Non Fiksi

IBUK
            Hiduplah seorang pria bernama Bayek. Anak ketiga dari lima bersaudara, hasil perkawinan antara gadis desa yang lugu si Tinah dan Sim sang playboy pasar. Tinah dan Sim berasal dari keluarga yang sederhana. Karena cinta mereka yang kuat, mereka berani melakukan pelayaran hidup bersama Isa, Nani, Bayek, Rini dan Mira. Tinah yang berperan sebagai Ibuk selalu merelakan apapun demi kebahagian keluarga sederhana mereka. Begitu pula dengan Bapak yang selalu gigih membanting tulang untuk menghidupi anak-anak dan istrinya.  Keluarga sederhana itu tidak pernah mengeluh atas kekurangan mereka. Walaupun hanya dengan nasi goreng terasi, tempe dan empal seadanya, anak-anak Ibu terus tumbuh menjadi anak yang mandiri, pintar dan begitu memaknai arti kehidupan mereka yang seadanya.
            Waktu kecil, Ibuk berhenti sekolah karena jatuh sakit. Ibuk pun tak tamat SD. Begitu pula dengan Bapak, Bapak hanya mengenyam pendidikan sampai SMP. Hal ini membuat Ibuk bertekad untuk mengubah takdir anak-anaknya kelak. Ibuk ingin anak-anaknya sekolah sampai jenjang yang lebih tinggi, sampai sarjana. Tidak seperti kedua orangtua mereka yang berpendidikan rendah. Ibuk berusaha menjadi yang terbaik buat kelima anaknya. Ibuk selalu memasak di dapur kecil mereka tiap hari. Dan suatu ketika, Ibuk memandang dapur rumah. Dapur ini penuh jelaga. Begitu juga kehidupan, namun anak-anak Ibuk telah menerangi hidup Ibuk. Mereka adalah harta Ibuk. Dan kini saatnya, semua yang keluar dari rahim Ibuk hidup bahagia tanpa jelaga selanjutnya.
            Hingga di suatu pagi yang cerah, ketika matahari dengan hangat menyinari bumi dan awan-awan tampak cantik di tempatnya, Ibuk bertemu dengan Mbah Carik. Nenek tua yang dipercaya sebagai orang  pintar. Mbah Carik melihat Bayek, anak laki Ibuk satu-satunya berjalan di belakang Ibuk seraya berkata “Nah, sabar sekarang hidupmu susah. Kelak anak lanangmu itu yang membahagiakan keluarga kalian”.  “Mbah, ada-ada saja. Amin yaAllah” sahut Ibuk.
            Pekerjaan Bapak adalah menarik angkot. Dengan ketekunan Ibuk menyisihkan uang, akhirnya keluarga Bayek dapat membeli angkot tua sendiri. Bahagianya Bapak memiliki angkot pribadi. Namun, angkot tua itu ternyata mendatangkan kesusahan. Uang yang harusnya dapat disetor Bapak untuk belanja Ibuk, malah habis untuk membetulkan kerusakan-kerusakan yang terus muncul di angkot tua itu.  Keadaan itu membuat Ibuk sedih dan menangis sesenggukan. Melihat Ibuk seperti itu, Bayek pun berjanji kalau sudah besar akan membahagiakannya, janji Bayek dalam hati.
            Berkat kegigihan dan keuletan, anak-anak Ibuk terus maju mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Dengan bantuan sana-sini, pinjaman dari Bang Udin dan keseriusan janji Ibuk mengantarkan Bayek pada langkah kesuksesan. Empat tahun Bayek mengenyam pendidikan di IPB Bogor jurusan Statistika dengan beasiswa. Setelah lulus, berkat doa Ibuk, Bayek bekerja di Jakarta selama tiga tahun. Doa Ibuk mampu menguatkan keteguhan hati Bayek untuk terus melangkah maju tanpa mengenal lelah. Hingga pada suatu hari, Bayek mendapatkan apresiasi atas kerjanya selama ini. Tawaran bekerja di New York. Dengan restu keluarga Bayek di kampung, Bayek melangkah menuju pelayaran hidupnya. Dia ingin membangun kebahagian untuk dirinya dan keluarga tercintanya. Dan itu dia mulai dari New York.
            New York memberikan banyak pelajaran untuk hidup Bayek. Manis pahit kehidupan dia rasakan disana. Hingga pada akhirnya setelah 9 musim panas dan 10 musim dingin yang Bayek lalui disana, Bayek memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Sudah cukup dia membahagiakan keempat saudara perempuannya, Bapak dan tak luput pula Ibuk yang selalu memberi semangat dalam perjalan hidup Bayek.
                Tuhan Maha Adil. Kebahagiaan tidak akan sepenuhnya ada. Kesedihan itu datang ketika Sabtu 4 Februari 2012 Bapak di panggil oleh-Nya. Sungguh terpukul hati Ibuk, perempuan tangguh itu sangat kehilangan. Kehilangan belahan jiwanya yang selama 40 tahun belakangan selalu menemani Ibuk membangun keluarganya dengan segala suka duka. Perjalanan cinta yang sederhana namun kokoh. Cinta mereka yang tak pernah luntur. Cinta Ibuk yang menyelamatkan keluarga.





NAMA           :           SRI WAHYUNI
NIM                :           10533 5697 09
KELAS          :           VI. D



«  Membuat Soal yang Sesuai dengan Tingkat Tes Kemampuan Menulis
1.      Tes Kemampuan Tingkat Ingatan
~        Apakah yang dimaksud dengan novel?
~        Sebutkan unsur-unsur yang terdapat dalam novel!
2.      Tes Kemampuan Menulis Tingkat Pemahaman
~        Mengapa novel dikatakan jauh lebih panjang dari cerpen?
~        Jelaskan persamaan dan perbedaan novel dengan cerpen!
3.      Tes Kemampuan Menulis Tingkat Penerapan
~        Buatlah ringkasan sesuai dengan novel yang telah anda baca!
~        Buatlah sebuah karangan minimal 2 paragraf sesuai dengan judul yang telah anda pilih!
4.      Catatan Tes Kemampuan Tes Kemampuan Menulis Tingkatan Analisis Ke Atas
~        Buatlah karya tulis ilmiah yang isinya membahas tentang Pengaruh Internet Terhadap Pendidikan!
                                                                        

«  Membuat Soal yang Sesuai dengan Tingkatan Tes Kesastraan

SINOPSIS NOVEL

“MIMIPI-MIMPI JINGGA”
  (Muhammad Sholihin)

Novel ini berkisah bagai air mengalir, alami. Di dalamnya ada riak, drama kehidupan yang menerpa santri di sebuah pesantren tua (Tarbiyah Islamiyah, Candung yang terletak di Bukittinggi). Para santri bertahan untuk berjuang di sana, ditengah “dikotomi” pendidikan umum dan agama. Pergolakan batin seorang santri, melawan modernitas. Pemberontakan sekelompok santri (Dhaffir, Pendir, Topik, Ifad, Jamil, Alex, dan Suaib, serta sahabat-sahabat yang lainnya) atas intervensi negara pada pesantren mereka.
Kehadiran kepala Madrasah Aliyah ini berupaya untuk menghilangkan pelajaran yang berbau pesantren dan lebih mengutamakan pelajaran umum. Akibatnya Ustad Buya(Angku Maran), Ustad Habib, Ustad Marsil, dan  Ustad Alimizar mengundurkan diri dari pesantren tua ini. Hal inilah yang membuat para santri tidak setuju/sudi jika  Ustad Buya dan ustad  tua yang mengajari mereka dipinggirkan karena ambisi pendidikan modern.
Hingga suatu hari Dhaffir  dipakasa masuk ke sebuah mobil dan dipaksa untuk  dia menandatangani surat pernyataan agar menghentikan gerakan pemberontakan yang telah ia susun bersama dengan rekan-rekannya, bahkan dia juga disogok. Namun Dhaffir tidak mau menanda tangani ataupun menerima uang sogokan itu, ia tetap teguh pada komitmennya. Ketika Dhaffir masuk ke kamar Topik, Rifai masih saja sisnis, karena takut Dhaffir mengkhianati mereka. Untung ada Topik yang mampu mengendalikan suasana dan membiarkan tenang para sahabat yang berada dilingkarannya. Usaha ini (pemberontakan) melawan kepala Madrasah Aliyah sukses, namun ia tidak berhasil membawa ustad tua untuk kembali mengajar. Sementara itu pengkhianat Ali (salah satu santri dari pesantren tua itu)  pidah ke sekolah lain. Karena ia takut dengan ancaman dari Afriawal yang ingin mematahkan lehernya jika ia memfitnah salah satu dari mereka. Keberanian mereka melawan kepala Madrasah Aliyah walaupun ketidaklulusanlah yang menjadi taruhannya.
Rasa takut karena tidak lulus UAN pupus sudah, Topik pun mengusulkan kepada para sahabat untuk melepas beban di hati di puncak Gunung Merapi. Senja jingga datang ketika matahari redup. Dhaffir, Topik dan sahabatnya yang lain mengulung sebuah kertas yang di dalamnya tertulis akan mimpi-mimpi mereka, kelak setelah tamat di pesantren tua itu. Kertas-kertas itu mereka buang pada kawah utama, dengan melantunkan doa kepada Allah, Sang Pemilik Semesta dengan tawadhu’. Mimpi Topik tentang perjalanannya sebagai mahasiswa di Kairo Mesir, Alex yang menceritakan dirinya sebagai pengusaha yang shaleh, Pendir yang ingin menjadi Cendikiawan Muslim, Ipad sebagai seorang ayah yang baik, Suaib yang ingin mengabdikan diri di masayarakat Inggris karena Pramuka, Jamil menjadi Master di Universitas Indonesia, Dhaffir sebagai penulis produktif dan meraih gelar master di kota pelajar, dan Panjul sebagai pengabdi yang baik di pesantren tua.  Inilah mimpi-mimpi yang dilantunkan ketika jingga menjadi bumi, membuat Gunung Merapi begitu megah dan indah ketika itu. Tidak hanya drama kehidupan yang alami, mengalir disini, tetapi ada gejolak cinta, denyut motivasi menjalani kehidupan kecil tak datar dan bermakna.

1.      Tes Kesastraan Tingkat Ingatan
~        Siapakah pengarang dari novel Mimpi-mimpi Jiangga?
2.      Tes Kesastraan Tingkat Pemahaman
~        Buatlah kesimpulan dengan kata-katamu sendiri tentang novel yang telah anda baca!
3.      Tes Kesastraan Tingkat Penerapan
~        Diskusi dengan teman Anda, kemukakan hal-hal yang menarik dari sinopsis novel Mimpi-mimpi Jingga!
4.      Tes Kesastraan Tingkat Analisis
~        Analisislah novel yang telah anda baca, tentukan unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalamnya!
5.      Tes Kesastraan Tingkat Sintesis
~        Susunlah daftar pertanyaan sesuai dengan novel yang telah Anda baca, sehingga tidak ada yang terlewatkan!
6.      Tes Kesastraan Tingkat Penialaian
~        Bandingkan dari segi gaya bahasanya antara novel Mimpi-mimpi Jingga dengan novel Lentera Dini Hari!


 
   EVALUASI PEMBELAJARAN BI
Tugas Individu
WAHYUNI
10533 5673 09/2
VI D
TES KEMAMPUAN MENULIS
Ø  Tingkat Tes Kemampuan Menulis
a.       Tes Kemampuan Tingkatan Ingatan
Materi: Paragraf Deduktif
Pertanyaan: Apakah yang dimaksud dengan paragraph deduktif?
b.      Tes Kemampuan Menulis Tingkat Pemahaman
Materi: Wawancara
Pertanyaan: Sebut dan jelaskan hal-hal apa sajakah yang harus diperhatikan dalam berwawancara?
c.       Tes Kemampuan Menulis Tingkat Penerapan
Materi: Kalimat langsung dan kalimat tak langsung
Pertanyaan: Buatlah masing-masing dua kalimat langsung dan dua kalimat tidak langsung!
d.      Catatan Tes Kemampuan Menulis Tingkatan Analisis ke Atas
Materi: Karya Tulis
Pertanyaan: Buatlah sebuah laporan mengenai “rendahnya minat membaca siswa saat ini”
TES KESASTRAAN
Ø  Tingkatan Tes Kesastraan
a.      Tes Kesastraan Tingkat Ingatan
Materi: Puisi
Pertanyaan: Siapakah pengarang puisi yang berjudul ‘Kerawang Bekasi’?
b.      Tes Kesastraan Tingkat Pemahaman
Materi: Puisi

SAJAK  PUTIH
Beribu saat dalam kenangan
Surut perlahan
Kita dengarkan bumi menrima tanpa mengaduh
Sewaktu edtik pun jauh
Kita dengar bumi yang tua dalam setia
Kasih tanpa suara
Sewaktu bayang-bayang kita memanjang
Mengaburkan batas ruang
Kita pun bisu tersekat dalam pesona
Sewaktu ia pun memanggil-manggil
Sewaktu kata membuat kita begitu terpencil
Di luar cuaca
((Sapardi Djoko Damono)
Pertanyaan: Tema apakah yang ingin dikemukakan oleh Supardi Djoko Darmono dalam puisi di atas?
c.       Tes Kesastraan Tingkat Penerapan
Materi: Memparafrasekan puisi
DIKAKIMU
Aku mengembara
: Kalimat langsung dan kalimat tak langsung
Pertanyaan: Buatlah masing-masing dua kalimat langsung dan dua kalimat tidak langsung!
Badan lemah berdaya tiada
Tinggi gunung yang kudaki
Lepas mega menghadap wala
Berapa kali aku terhenti
Merebah diri melepas lelah
Sekali aku meninjau ke bawah
Takjub melihat permai permata
Mana rumahku mana halaman
Mata mencari kelihatan tiada
Sekalian menyatu indah semata
Terpaku diri memandang taman
Tuhanku, hati hasratkan Engkau!Pimpin umat-Mu naik memuncak
Tempat mega tiada menutup
Pertanyaan: Parafrasekanlah puisi di atas dengan menggunakan kata-kata sendiri!
d.      Tes Kesastraan Tingkat Analisis
Materi: Analisis Cerpen
TUKANG PIJAT KELILING
Sebenarnya tidak ada keistimewaan khusus mengenai keahlian Darko dalam memijat. Standar tukang pijat pada layaknya. Namun, keramahannya yang mengalir menambah daya pikat tersendiri. Kami menemukan ketenangan di wajahnya yang membuat kami senantiasa merasa dekat. Mungkin oleh sebab itu kami terus membicarakannya.
Entah darimana asalnya, tiada seorang warga pun yang tahu. Tiba-tiba saja datang ke kampung kami dengan pakaian tampak lusuh. Kami sempat menganggap dia adalah pengemis yang diutus kitab suci. Dia bertubuh jangkung tetapi terkesan membungkuk, barangkali karena usia. Peci melingkar di kepala. Jenggot lebat mengitari wajah. Tanpa mengenakan kacamata, membuat matanya yang hampa terlihat lebih suram, dia menawarkan pijatan dari rumah ke rumah. Kami melihat mata yang bagai selalu ingin memejam, hanya selapis putih yang terlihat.
Kami pun penasaran ingin merasakan pijatannya. Maklum, tak ada tukang pijat di kampung kami, apalagi yang keliling. Biasanya kami saling pijat memijat dengan istri di rumah masing- masing, itu pun hanya sekadarnya. Kami harus menuju ke dukun pijat di kampung sebelah bila ingin merasakan pijatan yang sungguh-sungguh atau mengurut tangan kaki kami yang terkilir. kebanyakan warga di kampung kami ini adalah buruh tani. Hanya beberapa orang yang memiliki sawah, dapat dihitung dengan ingatan. Setiap hari kami harus menumpahkan tenaga di ladang. Dapat dibayangkan keletihan kami bila malam menjelang. Tentulah kehadiran Darko membuat kampung kami lebih menggeliat, makin bergairah.
Setiap malam, dengan membawa minyak urut, dia menyusur dari gang ke gang kampung guna menjemput pelanggan. Kakinya bagai digerakkan tanah, dia begitu saja melangkah tanpa bantuan tongkat. Tidak pernah menabrak pohon atau jatuh ke sungai. Memang, tangannya kerap meraba-raba udara ketika melangkah, seperti sedang menatap keadaan. Barangkali penglihatan Darko terletak di telapak tangannya.
Dia akan berhenti ketika seseorang memanggilnya. Melayani pelanggannya dengan tulus dan sama rata, tanpa pernah memandang suatu apa pun. Serta yang membuat kami semakin hormat, tidak pernah sekali pun dia mematok harga. Dengan biaya murah, bahkan terkadang hanya dengan mengganti sepiring nasi dan teh panas, kami bisa mendapatkan kenikmatan pijat yang tiada tara. Kami menikmati bagaimana tangannya menekan lembut tiap jengkal tubuh kami. Kami merasakan urat syaraf kami yang perlahan melepaskan kepenatan bagai menemukan kesegaran baru setelah seharian ditimpa kelelahan. Pantaslah bila terkadang ada pelanggan yang tertidur saat sedang dipijat.
Selain itu, Darko memiliki pembawaan sikap yang ramah, tidak mengherankan bila orang- orang kampung segera merasa akrab dengan dirinya. Dia suka pula menceritakan kisah lucu di sela pijatannya. Meskipun begitu, kami tetap tidak tahu asal usulnya dengan jelas. Bila kami menanyakannya, dia selalu mengatakan bahwa dirinya berasal dari kampung yang jauh di kaki gunung.
Kemudian kami ketahui, bila malam hampir tandas, Darko kembali ke tempat pemakaman di ujung kampung. Di antara sawah-sawah melintang. Sebuah tempat pemakaman yang muram, menegaskan keterasingan. Di sana terdapat sebuah gubuk yang menyimpan keranda, gentong, serta peralatan penguburan lain yang tentu saja kotor sebab hanya diperlukan bila ada warga meninggal. Di keranda itulah Darko tidur, memimpikan apa saja. Dia selalu mensyukuri mimpi, meskipun percaya mimpi tak akan mengubah apa-apa. Sudah berhari-hari dia tinggal di sana. Tak dapat kami bayangkan bagaimana aroma mayit yang membubung ke udara lewat tengah malam, menggenang di dadanya, menyesakkan pernapasan.
Kami lantas menyarankan supaya menginap di masjid saja. Namun dia tolak. Katanya kini masjid sedang berada di ujung tanduk. Entahlah, dia lebih memilih tinggal di pemakaman, membersihkan kuburan siapa saja.
Seminggu kemudian orang- orang kampung gusar. Pak Lurah mengumumkan bahwa masjid kampung satu-satunya yang berada di jalan utama, akan segera dipindah ke permukiman berimpitan rumah-rumah warga dengan alasan agar kami lebih dekat menjangkaunya. Supaya masjid senantiasa dipenuhi jemaah.
Namun, berhamburan kabar Pak Lurah akan mengorbankan tanah masjid dan sekitarnya ini kepada orang kota untuk sebuah proyek pasar masuk kampung. Tentu saja merupakan tempat yang strategis daripada di pelosok permukiman, harus melewati gang yang meliuk- liuk dan becek seperti garis nasib kami.
Di saat seperti itu kami justru teringat Darko. Ucapannya terngiang kembali, mengendap ke telinga kami bagai datang dari keterasingan yang kelam. Kami mulai bertanya-tanya. Adakah Darko memang sudah mengetahui segala yang akan terjadi? Sejauh ini kami hanya saling memendam di dalam hati masing- masing tentang dugaan bahwa Darko memiliki kejelian menangkap hari lusa.
Namun diam-diam ketika sedang dipijat, Kurit, seorang warga kampung yang terkenal suka ceplas-ceplos, meminta Darko meramalkan nasibnya. Darko hanya tersenyum sambil gelengkan kepala berkali-kali isyarat kerendahan hati, seakan berkata bahwa dia tidak bisa melakukan apa-apa selain memijat. Namun Kurit terus mendesak. Akhirnya seusai memijat, Darko pun menuruti permintaannya.
Dengan sikap yang tenang dia mulai mengusap telapak tangan Kurit, menatapnya dengan mata terpejam, kemudian berkata; Telapak tangan adalah pertemuan antara kesedihan dan kebahagiaan. Entahlah apa maksudnya, Kurit kali ini hanya diam saja, mendengarkan dengan takzim.
Ada kekuatan tersimpan di telapak tanganmu.”
Kurit serius menyimaknya masih dalam keadaan berbaring.
”Tetap dirawat pertanianmu, rezeki akan terus membuntuti,” tambahnya.
Kurit mengangguk, masih tanpa ucap.
Setelah merasa tak ada lagi sesuatu yang harus dikerjakan, Darko permisi. Berjalan kembali menapaki malam yang lengang. Langkahnya begitu jelas terdengar, gesekan telapak kakinya pada tanah menimbulkan bunyi yang gemetar. Sementara Kurit terus menyimpan ucapan Darko, berharap akan menjadi kenyataan.
***
Siang hari. Darko selalu duduk berlama-lama di celah gundukan-gundukan tanah yang berjajar. Seperti sedang merasakan udara yang semilir di bawah pohon-pohon tua. Menangkap suara burung-burung yang melengking di kejauhan. Menikmati aroma semak-semak. Mulutnya bergerak, seperti sedang merapalkan doa. Mungkin dia mendoakan mereka yang di alam kubur sana. Dan bila ada warga meninggal, Darko kerap membantu para penggali kubur. Meski sekadar mengambil air dari sumur, supaya tanah lebih mudah digali.
Begitulah, saat siang hari kami tak pernah melihat Darko keliling kampung. Barangkali dia lebih memilih menyepi dalam hening pemakaman. Ada saja sesuatu yang dia kerjakan. Bahkan yang mungkin tidak begitu penting sekalipun. Mencabuti rerumputan liar di permukaan tanah makam, mengumpulkan dedaunan yang berserakan dengan sapu lidi lalu membakarnya. Padahal, lihatlah betapa daun-daun tidak akan pernah berhenti menciumi bumi. Dia begitu tangkas melakukan itu semua, seakan memang tak pernah ada masalah dengan penglihatannya.
Kurit membenarkan ucapan Darko. Bawang merah yang dipanennya kini lebih besar dan segar daripada hasil panen sebelumnya. Bertepatan dengan naiknya harga bawang yang memang tak menentu. Dengan meluap-luap Kurit menceritakan kejelian Darko membaca nasib seseorang kepada siapa saja yang dijumpainya. Kabar tentang ramalannya pun bagai udara, beredar di perkampungan.
Kini hampir setiap malam selalu saja ada yang membutuhkan jasanya. Para perempuan, yang biasanya lebih menyukai pijatan suami, mulai menunggu giliran. Entah karena memang butuh mengendorkan otot yang tegang atau sekadar ingin mengetahui ramalannya. Mungkin dua-duanya. Bila kebetulan kami menjumpainya di jalan dan minta diramal tanpa pijat sebelumnya, Darko tidak akan bersedia melakukannya. Katanya, dia hanya menawarkan jasa pijat, bukan ramalan.
Di warung wedang jahe, orang-orang terus membicarakannya. Mereka saling menceritakan ramalan masing-masing.
”Akan datang kepadaku putri kecil pembawa rezeki.
Eh, dia juga bilang, sebentar lagi akan habis masa penantianku,” kata perempuan pemilik warung dengan nada berbunga- bunga. Ia hampir layu menunggu lamaran.
”Dia menyarankan supaya aku beternak ayam saja,” seseorang menambahi.
Begitulah, dengan sangat berkobar-kobar kami menceritakan ramalan masing-masing. Setiap lamunan kami habiskan untuk berharap. Menunggu dengan keyakinan mengucur seperti curah keringat kami yang terus menetes sepanjang hari.
Sungguh tak dapat kami pungkiri. Tak dapat kami sangkal, segalanya benar-benar terjadi. Talim dianugerahi bayi perempuan yang sehat dari rahim istrinya. Tak lama jelang itu, Surtini si perawan tua menerima lamaran seorang duda dari kampung sebelah. Sementara Tasrip bergembira mendapati ternak ayamnya gemuk dan lincah. Disusul dengan kejadian-kejadian serupa.
Kejelian Darko dalam meramal semakin diyakini orang- orang kampung. Ketepatannya membaca nasib seperti seorang petani memahami gerak musim-musim. Pak Lurah pun merasa terusik mendengar kabar yang dari hari ke hari semakin meluap itu. Ia sebelumnya memang belum pernah merasakan pijatan Darko. Ia lebih memilih pijat ke kampung sebelah yang bersertifikat, menurutnya lebih pantas dipercayai.
Malam itu diam-diam Pak Lurah memanggil Darko ke rumahnya. Seusai dipijat, dengan suara penuh wibawa ia meminta diramalkannya nomer togel yang akan keluar besok malam. Seperti biasa, Darko hanya menggeleng sambil tersenyum. Namun Pak Lurah terus mendesak, bahkan sedikit memohon. Darko diam beberapa jenak. Kemudian, dengan sangat terang dia pun menyebutkan angka sejumlah empat kali diikuti gerak jari- jari tangannya. Kali ini Pak Lurah yang tersenyum, gembira melintasi raut mukanya.
Seperti biasa, setelah merasa tidak ada sesuatu yang harus dikerjakan, Darko permisi. Membiarkan tubuhnya diterpa angin malam yang lembab.
***
Orang-orang kampung kini mulai gelisah. Sudah dua malam kami tidak menjumpai Darko keliling kampung. Kami hanya bisa menduga dengan kemungkinan-kemungkinan. Sementara Pak Lurah kian geram, merasa dilecehkan. Mendapati nomer togel pemberiannya tak kunjung tembus. Esoknya, di suatu Jumat yang cerah, Pak Lurah mengumpulkan beberapa warga—terutama yang lelaki—guna memindahkan perlengkapan penguburan ke tengah permukiman. Katanya, tanah kuburan semakin sesak, membutuhkan lahan luang yang lebih.
Sesampainya di sana, kami tetap tidak menjumpai Darko. Di gubuk itu, kami tidak juga menemukan jejak peninggalannya. Dengan memendam perasaan getir kami merobohkan tempat tinggalnya. Dalam hati kami masih sempat bertanya. Adakah Darko memang sudah mengetahui segala yang akan terjadi?
Pertanyaan: Jelaskanlah konflik pokok yang tedapat pada cerpen di atas!
e.       Tes Kesastraan Tingkat Sintesis
Materi; : Kalimat langsung dan kalimat tak langsung
Pertanyaan: Buatlah masing-masing dua kalimat langsung dan dua kalimat tidak langsung!
Tes Kesastraan Tingkat Penilaian
Penilaian terhadap kemampuan tingkat berpikir tingkat evaluasi lebih ditekankan pada proses berpikir, dan bukan hasil penilaiannya itu sendiri.


Tugas Individu
EVALUASI PEMBELAJARAN BI
HERLINA WIJAYA
105335683 09

TES KEMAMPUAN MENULIS
A.    Tes Kemampuan Menulis Tingkat Ingatan
Apa yang dimaksud dengan kalimat aktif dan kalimat pasif?
B.     Tes Kemampuan Menulis Tingkat Pemahaman
Sebut dan jelaskan ciri-ciri karangan yang baik!
C.     Tes Kemampuan Menulis Tingkat Penerapan
Buatlah sebuah pidato informative!
D.    Catatan Tes Kemampuan Menulis Tingkat Analisis Ke Atas
Buatlah sebuah makalah yang isinya membahas tentang ‘Apa pengaruh media online terhadapan perkembangan pendidikan!

TINGKATAN TES KESASTRAAN
A.    Tes Kesastraan Tingkat Ingatan
Apa yang dimaksud dengan tokoh dan penokohan dalam sebuah cerpen atau novel?
B.     Tes Kesastraan Tingkat Pemahaman
Buatlah synopsis dari novel di bawah ini!

DIA BUKAN UNTUKKU
Awal masuk sekolah pasti ada MOS yaitu Masa Orientasi Siswa. Aku menginjak ke SMP, bersama teman-teman SD ku dulu aku berkumpul dan membicarakan tentang MOS. “Gadis…,” begitu teman-teman memanggilku. “teman-teman,” kataku menghampiri mereka. “kamu gugus mana?” tanya Vhe, temanku. “ini aku cari-cari namaku gak ketemu-ketemu,” kataku mengusap keringat yang membasahi wajahku. “ya udah kita cari sama-sama yuk,” ajak Ze, temenku. Kami bertiga mencari namaku yang semenjak tadi tak ketemu-ketemu. “Gadis, sini deh,” kata Ze memanggilku. “ada namaku?” tanyaku penasaran. “ini nih kita satu gugus, Gadis Grittenatha Gladia, Zeazahra Modhyantias, Vhealovin Jhuastian,” kata Ze membaca nama kita bertiga. “wah, hebat kau Ze. Dari tadi aku cari-cari gak ketemu,” kataku memuji Ze. “ya udah kita masuk yuk,” ajak Vhe.
Hari pertama MOS itu sangat membosankan bagiku. Apa lagi harus berpanas-panasan untuk upacara pembukaan MOS. Banyak korban pingsan di lapangan sekolah itu. Tenggorokanku mulai kering dan sungguh membuat kepalaku menjadi pusing. Tak lama, aku merasa sudah tak berdaya dan jatuh pingsan. Tak lama aku membuka kedua mataku dan ternyata aku berada di UKS sekolah. Bersama anggota PMR yang menjadi kakak kelasku waktu itu. Aku masih lemas untuk beranjak dari tempat tidur. Dua sahabatku datang menjengukku. Dan aku di tuntutnya untuk berjalan menuju kelas.
ampai di kelas aku menerima materi awal-awal perkenalan. Kutatap wajah seorang cowok yang berada di seberang mejaku saat itu. Sebelum materi di mulai, absensi siswa MOS saat itu di percepat. Berpasang-pasangan. Dan tak kusangka namaku dipanggil dan cowok yang berada di sampingku tadi juga maju dan ternyata dia bernama Arezaldhi Birasanjaya. Setelah tanda tangan kehadiran, kami kembali ke tempat duduk semula.
Materi pembelajaran untuk jam pertama sudah usai saatnya istirahat. Aku, Vhe, dan Ze menyergap kantin sekolah dan berdesak-desakan. Dan kulihat lagi cowok yang mempunyai nama Arezaldhi Birasanjaya sedang asyiknya ngobrol dengan teman barunya di depan kelas. Sepertinya aku merasakan yang namanya cinta pada pandangan pertama. Sudah 15 menit waktu untuk istirahat. Waktunya masuk kembali untuk bermain dan belajar.
MOS sudah berjalan tiga hari. Hari ini adalah hari terakhir MOS. Dengan aturan hari ini, aku memakai kaos kaki berbeda warna, dengan rambut yang di kucir sangat banyak seperti orang gila. Semua murid MOS mengikuti upacara penutupan MOS. Hari yang panas. Terasa seperti di panggang. Banyak korban pingsan di lapangan itu. Akhirnya upacara penutupan MOS dipercepat.
***
Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah. Bisa bertemu banyak teman baru. Mereka semua baik kepadaku. Saat aku berkenalan dengan salah satu temanku yang bernama Algea Radista, mataku teralihkan oleh satu sosok yang mungkin pernah aku kenal. Saat ku tatap pekat wajahnya ternyata dialah Arezaldhi Birasanjaya. “Dia kan,” gumamku dalam hati. “halo?Kenapa melongo gitu Dis?” tanya Gea sambil melambai-lambaikan tanganya di depan wajahku. “emm,” aku tersentak olehnya. “kenapa?” tanya Gea penasaran. “oh, ga… gak pa… papa,” kataku gagap. Gea memandangiku dengan wajah bingung. Seperti otaknya penuh dengan tanda tanya. “Gadis…,” sapa Ze dan Vhe. “ehh kalian,” kataku memandang Ve dan Zhe. Vhe dan Ze tersenyum manis kepada Gea. “ini Gea,” kataku memperkenalkan. “aku Vhe,” kata Vhe memperkenalkan dirinya. “aku Ze,” kata Ze juga memperkenalkan dirinya. “so beautiful,” kata Vhe memuji kecantikan Gea. “thank you very much,” kata Gea menjawab pujian Vhe dengan malu.
Aku, Vhe, Ze, dan Gea sudah berteman sangat lama. Sudah lima bulan aku masuk di kelas 7 C. Bersama-sama dengan ketiga sahabatku itu. Tiba-tiba perbincanganku tersentak oleh sosok cowok yang memasuki kelasku. Dia…… Dia…… “Dis, kenapa melongo?” gertak Ze. “eemm, eh, eng… enggak papa,” kataku gugup. “kenapa sih?” tanya Gea. “iya, pelit banget gak mau ngasih tau,” tanya Vhe semakin mendesak. Mereka bertiga melihatku memandangi Arezaldhi sejak tadi. “oo, itu toh yang buat kamu melongo,” ucap Gea menggentakkan jantungku. “siapa, mana?” kataku bertanya-tanya dengan ragu. “itu tuh,” kata Gea menyenggol lenganku dan melirik Arezaldhi. “apaan?”. “sok gak tau nih,” gertak Gea lagi. Aku semakin salah tingkah dibuatnya. Sosok cowok itu pun pergi meninggalkan kelasku. “siapa emangnya?” tanya Vhe dan Ze bersamaan. “Arezaldhi,” kata Gea. “kamu suka ya Dis?” tanya Ze ingin tau. “sok tau kamu Ge,” kataku. “uhuui, jatoh ci’inta agi,” ledek Ze. “apaan sih kalian?” kataku meninggalkan mereka bertiga yang semakin meledekku.
Suatu hari acara ulang tahun sekolahku. Setiap kelas harus menampilkan minimal satu pementasan. Semua teman kelasku memilihku untuk menyanyi solo. Tapi aku seorang remaja yang demam panggung. Dan aku pun ditemani oleh Gea yang suaranya lumayan bagus walaupun nggak sebagus suaraku… hehehe J. Malam ulang tahun itu tiba yang memang bertepatan dengan hari ulang tahunku. “grogi aku Ge,” kataku sambil gemeteran. “enjoy saja Dis,” kata Gea memberiku semangat. “aku bener-bener demam panggung,” kataku dengan keringat dingin. “nanti ada Reza kan yang ngeliat?” ejek Gea. “jadi nama panggilanya Reza,” kataku sedikit tersenyum. “iya.” Hari yang membuatku di selimuti oleh kegerogian yang luar biasa. Karena aku dan Gea akan mewakili kelasku untuk memberikan penampilan yang terbaik.
Acara itu pun dimulai. Dimulai dari kelas 9 lalu dilanjutkan kelas 8 lalu menuju kelas 7. Penampilan yang begitu spektakuler telah ditampilkan dengan penuh semangat. Beribu-ribu tepuk tangan mengiri suasana tersebut. Tiba giliran kelas 7 C yang menampilkan aktrasinya. Jantungku semakin berdebar dengan kencang. Keringat bercucuran ke seluruh badan. Dengan genggaman erat tangan Gea aku dengan gugupnya menaiki panggung dan mengecek mikrofon. Tepuk tangan pun mulai terdengar. Seolah aku tak bisa membayangkan diriku nanti. Dentuman musik R&B mulai terdengar. Dalam hitungan detik syair lagu akan mulai dinyanyikan. Gea dengan semangat dan PD-nya menari-nari happy, sedangkan aku … ????
Keringat bercucuran dari tubuhku. Keringat dingin menyelimuti seluruh tubuhku. Dengan perasaan yang tak karuan aku mulai melantunkan lagu kesukaanku itu. Siswa-siswa bertepuk tangan lama kelamaan aku merasa semakin enjoy. Saat aku menyanyi, aku melihat Reza tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumanya yang tak kalah manis hehe J. Lagu itu pun usai ku nyanyikan. Pertunjukan kurang dua kelas lagi. Ada yang dans, drama, nyanyi, pelawak, sampai dengan band.
Hari itu hari yang menyenangkan bagiku. Melihat ia tersenyum kepadaku membuatku semakin bersemangat. “Gadis,” sapa Ze. “Eh, Ze. Yang lain kemana?” kataku balik tanya. “tuh,” kata Ze menunjuk Vhe dan Gea. Vhe dan Gea melambaikan tanganya kepadaku dan Ze. Tiba-tiba Ze menarik tanganku meninggalkan tempat itu. “Gadis, Ze. Mau kemana?” tanya Gea. “bentar aja,” teriak Ze dari kejauhan. Gea mengajakku ke tempat yang sepi, dan Ze tampak serius memandangku. “apa kamu bener suka Reza?” tanya Ze menatap kedua mataku. Aku tidak tau harus berkata apa. Semua kebingunan merasuki otakku. Aku terdiam mematung. “iya,” kataku lirih.
“aku punya informasi tentang si Reza itu,” ungkap Ze. “info apa?” tanyaku kebingungan. “dia sudah mempunyai pacar,” kata Ze berbisik kepadaku. “kamu tau dari siapa?” tanyaku sedih. “kamu tau Viona Adelima kan?” kata Ze menguatkan. “ya.” “dialah pacarnya,” kata Ze. Aku sedikit ragu dan meneteskan air mata. “kenapa aku mencintai orang yang salah selama ini?” kataku menambah tangisanku. Isak tangisku terdengar oleh Vhe dan Gea. “kenapa dia?” tanya Vhe dan Gea. “kamu tidak salah mencintai dia tetapi kamu hanya belum beruntung mendapatkanya,” hibur Ze. Ze berbisik kepada Gea dan Vhe atas semua ini. “sudahlah Dis, kenapa harus menangis karena cinta?” hibur Gea. “iya, dia bukan sosok yang baik untuk kamu. Banyak cowok yang mau sama kamu di luar sana. Bahkan lebih baik dari Reza,” ungkap Vhe memberi semangat. Aku terharu dengan semuanya. Aku memeluk erat tubuh ketiga sahabatku itu dengan penuh keikhlasan dan aku tau dia bukanlah untukku.

C.     Tes Kesastraan Tingkat Penerapan
Ceritakanlah kembali isi cerpen yang berjudul “Dia Bukan Untukku” dengan menggunakan kata-kata sendiri!
D.    Tes Kesastraan Tingkat Analisis
Jelaskan apa tema, alur, seting, dan konflik utama yang terdapat dalam cerpen di atas “dia bukan untukku”!
E.     Tes Kesastraan Tingkat Sintesis
Jelaskan hubungan antara tema dan aeting pada cerpen yang berjudul “Dia Bukan Untukku”!

F.      Tes Kesastraan Tingkat Penilaian
Penilaian terhadap kemampuan tingkat berpikir tingkat evaluasi lebih ditekankan pada proses berpikir, dan bukan hasil penilaiannya itu sendiri.

HASNIATI HASAN
10533 5715 09

TES KEMAMPUAN MENULIS

1.      Tes Kemampuan Tingkat Ingatan
~        Apakah yang dimaksud dengan novel?
~        Sebutkan unsur-unsur yang terdapat dalam novel!
2.      Tes Kemampuan Menulis Tingkat Pemahaman
~        Mengapa novel dikatakan jauh lebih panjang dari cerpen?
~        Jelaskan persamaan dan perbedaan novel dengan cerpen!
3.      Tes Kemampuan Menulis Tingkat Penerapan
~        Buatlah ringkasan sesuai dengan novel yang telah anda baca!
~        Buatlah sebuah karangan minimal 2 paragraf sesuai dengan judul yang telah anda pilih!
4.      Catatan Tes Kemampuan Tes Kemampuan Menulis Tingkatan Analisis Ke Atas
~        Buatlah karya tulis ilmiah yang isinya membahas tentang Pengaruh Internet Terhadap Pendidikan! 

TINGKATAN TES KESASTRAAN

 

Negeri 5 Menara


Judul                     : Negeri 5 Menara
Penulis                  : A. Fuadi
Penerbit                : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit        : Januari 2010
Jumlah Halaman : 422 halaman
SINOPSIS !
Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain sepak bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau.
Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya, belajar di pondok.
Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera” sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses.
Dia terheran-heran mendengar komentator sepak bola berbahasa Arab, anak menggigau dalam bahasa Inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.
Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian jiwa muda ini membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.

Tokoh-tokoh

  • Alif : Tokoh 'aku' dalam cerita ini.
  • Raja : Teman Alif dari Medan. Ia adalah anggota English Club dan seorang orator yang hebat.
  • Baso : Dari Gowa, Sulawesi. Terkenal karena memori fotografis dan Bahasa Arab yang fasih. Ia meninggalkan Pondok Madani saat kelas lima untuk menjaga neneknya dan berusaha menghafal Al-Qur`an di kampung halamannya.
Suatu hari, Alif mendapat surat dari sobat karibnya yang berhasil masuk SMA ---- "Randai" namanya. Ia bercerita bahwa SMA sangat mengasyikkan bahkan lebih mengasyikkan dari yang dibayangkan. Hati Alif runtuh! Jiwanya terguncang.  Setengah mati Alif mengkokohkan tekadnya kembali untuk menemukan misi hidupnya kembali yang telah Tuhan gariskan dalam hidupnya.

Lama Alif tak memberi kabar pada ibunya. Ia juga masih merasa sedikit kesal karena ibunya telah memaksa Alif untuk masuk pondok. Namun, ia kini sadar bahwa ibu adalah orang yang harus ia hormati pertama kali dalam hidup. Ia merasa bersalah pada ibunya dan ia juga mulai menulis surat untuk ibunya.

Alif mulai merangkai mimpinya. Ia bermimpi untuk berkelana ke seluruh dunia, Amerika, Mesir, kemanapun. Ia berharap, Tuhan mendengar mimpi Alif tersebut! dan ia juga berharap Tuhan mengabulkan mimpinya.

Seorang wanita merupakan manusia langka di PM. Wanita di PM hanyalah mbok-mbok bagian di dapur. Selebihnya, PM dipenuhi oleh laki-laki. Suatu hari, "Sarah" begitulah nama gadis yang umurnya tak jauh beda dengan Alif. Ia adalah putri dari Ustadz Khalid. Alif tak kehabisan akal untuk berusaha agar bisa bertemu dan bertatap muka dengan Sarah.

Akhirnya, ia mendapat ide yang genius. Kebetulan, Alif adalah anggota dari jurnalis. Ia mencoba untuk mencoba mewawancarai "Ustadz Khalid" ----- ayah Sarah di rumahnya. Alif berhasil! Dengan usaha seperti itu, ia berhasil bertemu, bertatap muka, dan mendengar suara gadis tersebut.

Surat menyurat Alif dengan sobat karibnya Randai masih berlanjut. Namun, ia kembali goyah setiap mendengar kisah bahagia Randai. Apalagi, surat yang sekarang sedang ia baca bercerita bahwa Randai telah diterima di ITB. Institut impiannya, institut yang ia dambakan! Jiwanya pun kembali goyah! Ia bingung! Alif bingung harus bagaimana membalas surat dari Randai tersebut.

Syukurlah! Ia diberi kepercayaan untuk give speech di depan seorang duta besar. Di akhir acara, ia juga berfoto bersama dengan duta tersebut. Dan hasil foto tersebutlah yang ia kirim sebagai balasan surat dari Randai.

Namun, tetap saja ! Alif tetap tak bisa mengkokohkan pendiriannya. Ia memutuskan untuk menulis surat pada ibunya sebagai permintaan untuk keluar dari PM walaupun keberadaannya di PM hanya tinggal 3 bulan lagi. Ibunya membalas surat dari Alif dengan kerlingan air mata meminta Alif untuk tetap bertahan di PM.

Sedangkan ayahnya sampai datang dari Bukittinggi ke PM untuk memberi motivasi pada Alif agar tetap bertahan di PM hingga semuanya selesai. Dan motivasi dari ayahnya tersebut berhasil membuat Alif bersemangat kembali.

Sisa 3 bulan di PM diperuntukkan untuk ujian. Namun, ujian ini berbeda karena Alif harus mempelajari buku dari kelas satu sampai kelas akhir. Ujiannya dilaksanakan sebulan penuh! Syukurlah, peluh keringat terbayar juga! Alif LULUS ! Begitu pula para Shahibul Menara yang lain. Alif juga telah bisa kembali ke kampung halamannya di Bukittinggi dan menyiapkan ujian persamaan SMA yang akan ia ikuti 5 bulan lagi.

London, December 2003
Alif dalam perjalanan menemui sobat karibnya sewaktu masih di PM. Lama tak jumpa dan ternyata ia mendapat kabar bahwa semua anggota Shahibul Menara telah sukses. Sukses di negara yang mereka dambakan! Begitu pula dengan Alif. Ia berhasil berkelana ke negara-negara yang ia impikan.

Akhirnya, Alif merasa bahwa paksaan dari orang tuanya yang dulu ia telan sewaktu akan masuk ke PM menjadi sebuah kesyukuran. Kesyukuran manis yang sangat memuaskan.

PERTANYAAN

1. Siapakah nama pengarang novel  NEGERI 5 MENERA?
2.  Buatlah kesimpulan dengan kata-katamu sendiri tentang novel yang telah anda baca!
3. Diskusi dengan teman Anda, kemukakan hal-hal yang menarik dari sinopsis novel NEGERI 5 MENERA!
4. Analisislah novel yang telah anda baca, tentukan unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalamnya!
5. Susunlah daftar pertanyaan sesuai dengan novel yang telah Anda baca, sehingga tidak ada yang terlewatkan!
6.  Bandingkan dari segi gaya bahasanya antara novel NEGERI 5 MENERA dengan novel SANG PENCERAH!



EVALUASI PEMBELAJARAN BI
NAMA      : SUHARTIN L.
NIM           :105335705 09
KELAS     : VI D


TES KEMAMPUAN MENULIS
Ø  Tingkat Tes Kemampuan Menulis
A.    Tes Kemampuan Tingkatan Ingatan
Pertanyaan:
Apakah yang dimaksud dengan paragraph induktif?
B.     Tes Kemampuan Menulis Tingkat Pemahaman
Pertanyaan:
Sebut dan jelaskan hal-hal apa sajakah yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembacaan pidato?
C.    Tes Kemampuan Menulis Tingkat Penerapan
Pertanyaan:
Buatlah lima kalimat yang mengandung unsure S,P,O,Pel!
D.    Catatan Tes Kemampuan Menulis Tingkatan Analisis ke Atas
Pertanyaan:
Buatlah sebuah kaya tulis ilmiah yang isinya mengenai ‘Pembentukan Kata”!

TINGKATAN TES KESASTRAAN
A.    Tes Kesastraan Tingkat Ingatan
Apa yang dimaksud dengan unsur intrinsik?
B.     Tes Kesastraan Tingkat Pemahaman
Parafrasekanlah puisi di bawah ini dengan baik dan menggunakan kata-kata sendiri!
AKU ADALAH APA YANG KUPILIH
Aku teringat adagium ‘aku adalah yang aku makan’ atau ‘aku menjadi apa yang kupikirkan’
yang sebenarnya aku memilih yang kumakan dan kupikir maka aku lebih menyukai perkataanku ini ‘aku adalah apa yang kupilih’
Aku teringat betul kala itu kutonton ‘little house on the prairie’ bukannya ‘si unyil’
kubaca ‘hello’ bukannya ‘hai’ dan sekarang aku tahu aku telah jauh hari memilih hidupku.
Aku pun teringat, sangat kuingat, saat aku memutuskan pulang dari perantauanku mengadu nasib di Sumbawa, meski baru sebentar saja disana, malah belum sempat mengirimkan lamaran ke New Mount, karena sebelumnya, di kapal aku mendengar Iwan Fals menyanyikan lagu yang menantang pendirianku ‘selamat jalan kawan, semoga kau benar’ aku memilih pulang
Aku tak melupakan, tak akan lupa, seketika kakiku tiba di rumah, segera setelahnya aku terima jadwal mengajar, dan aku memilih menerimanya.
Aku teringat, masih teringat, haru biru perjuanganku memilih pendamping hidupku,
aku tak mungkin lupa, ketika aku memilih menyerahkan anak laki pertamaku, usia dua bulan, ke dokter-dokter bedah otak.
Aku masih ingat, masih terus ingat, doaku kepada Allah untuk mengijinkanku merawatnya kembali, apapun yang terjadi.
Aku teringat dan terus terus terus ingat aku telah memilih, aku mengakui bahwa aku memilih dan bukan berdiam, aku telah menjadi apa yang kupilih dan bukan menyerah menyalahkan takdir.
Aku teringat, tak mungkin lupa, yang kupilih
            Puisi di atas merupakan puisi naratif karena puisi tersebut menceritakan sebuah kisah seseorang berdasarkan urutan waktu.


C.     Tes Kesastraan Tingkat Penerapan
Kemukakanlah kembali apa isi dari puisi yang bejudu “Aku Adalah Apa yang Kupilih”!
D.    Tes Kesastraan Tingkat Analisis
Unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam sebuah puisi selain alur dan tema?
E.     Tes Kesastraan Tingkat Sintesis
Jelaskan hubungan antara nada dan irama dalam sebuah puisi!
F.      Tes Kesastraan Tingkat Penilaian
Penilaian terhadap kemampuan tingkat berpikir tingkat evaluasi lebih ditekankan pada proses berpikir, dan bukan hasil penilaiannya itu sendiri.


              NAMA :MUH. SALEH N
NIM : 10533
KLS : VI.D

    SOAL
v  TINGKAT  TES KEMAMPUAN MENULIS
A.     Tes kemampuan tingkatan ingatan
1.      Sebutkan tiga macam  dampak pemindahan unsur-unsur kebahasaan antarbahasa !
B.     Tes kemampuan menulis tingkat pemahaman
2.      Jelaskan perbedaan antara deduktif dan induktif ?
C.     Tes kemampuan menulis tingkat penerapan
3.      Buatlah wacana yang bersifat deduktif ?
D.     Catatan tes kemampuan menulis tingkatan analisis ke atas
4.      Bacalah sebuah novel yang bertemakan pendidikan kemudian analisislah novel tersebut?

v  TINGKAT TES KESASTRAAN
A.    Tes Kesastraan Tingkat ingatan
1.      Sebutkan dua buah puisi karya Chairil Anwar?
B.     Tes kesastraan tingkat pemahaman
1.      Tema apakah  yang dikemukakan Chairil Anwar dalam puisi AKU?
C.     Tes kesastraan tingkat penerapan
1.      Bacalah sebuah puisi AKU karya Chairil Anwar kemudian ubalah ke dalam bentuk cerita?
D.    Tes kesastraan tingkat analisis
1.      Jelaskan unsur-unsur intrinsik dalam puisi AKU karya Chairil Anwar?
E.     Tes kesastraan tingkat sintesis
1.      Buatlah analisis puisi AKU karya Chairil Anwar dari segi makna?
F.      Tes kesastraan tingkat penilaian
1.      Apakah puisi AKU karya Chairil Anwar pantas diterapkan dalam kehidupan sehari-hari?

 

NAMA            : HASRIANA HASAN
NIM                : 10533 5714 09
KLS                : VI.D

Soal
Ø  Tingkat Tes Kemampuan Menulis

a.       Tes Kemampuan Menulis  Tingkat Ingatan
-          Apakah yang dimaksud dengan pragmatik?
b.      Tes Kemampuan Menulis Tingkat Pemahaman
-          Mengapa dalam sebuah karangan harus menguasai berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa?
c.        Tes Kemampuan Menulis Tingkat Penerapan
-          Buatlah sebuah karangan yang bersifat argumentatif?
d.      Catatan Tes Kemampuan Menulis Tingkat Analisis Ke atas
-          Buatlah sebuah puisi, kemudian analisislah unsur-unsur yang terkandung di dalamnya?

Ø  Tingkatan Tes Kesastraan

a.       Tes Kesaatraan Tingkat Ingatan
-          Siapakah nama pengarang novel Ayat-ayat Cinta?
b.      Tes Kesastraan Tingkat Pemahaman
-          Buatlah ringkasan cerita (sinopsis) novel yang berjudul Ayat-ayat cinta karangan Abi Prahman?
c.       Tes Kesastraan Tingkat Penerapan
-          Bacalah  sebuah novel yang berjudul Ayat-ayat Cinta   kemudian ubah  novel tersebut ke dalam bentuk dialog (drama) dengan memperhatikan gaya bahasa, latar,dan alur?
d.      Tes Kesastraan Tingkat Analisis
-          Bagaimana karakter tokoh-tokoh utama dalam novel Ayat-ayat Cinta?
e.       Tes Kesastraan Tingkat Sintesis
-          Buatlah analisis novel yang berjudul Ayat-ayat Cinta dari segi maknanya?
f.       Tes Kesastraan Tingkat Penilaian
-          Apakah cerita  dalam novel Ayat-ayat Cinta pantas diterapkan dalam kehidupan sehari-hari?


Nama                    :Ismayuni Saputri
Kelas                     :VI.D
Nim                        :10533 5679 09

v  Tes kemampuan ingatan
v  Apa yang dimaksud dengan alinea deskriptif?
v  Tes kemampuan menulis tingkat pemahaman.
v  Jelaskan perbedaan antara alinea deduktif dan induktif?
v  Tes kemampuan menulis tingkat penerapan.
v  Buatlah sebuah karangan pendek yang bersifat persuasive!
v  Tes kemampuan menulis tingkatan analisis ke atas.
v  Buatlah sebuah karya ilmiah.





v  Tes kesastraan tingkat ingatan.
·         Apa yang dimaksud dengan puisi?
v  Tes kemampuan tingkat pemahaman.
·         Tema apakah yang ingin dikemukakan Kusuma jaya bulu dalam puisi yang berjudul “pintaku”?
v  Tes kesastraan tingkat penerapan.
·         Bacakanlah kembali puisi diatas di depan teman-teman.
v  Tes kesastraan tingkat analisis.
·         Analisislah puisi karya Kusuma jaya bulu yang berjudul “pintaku “
v  Tes kesastraan tingkat sintesis.
·         Apakah perbedaan tema antara puisi Kusuma jaya bulu”pintaku” dengan puisi Toto sudarto bachtiar “ibu kota senja”?









Tidak ada komentar:

Posting Komentar