Selasa, 31 Juli 2012

Soal Tingkatan Tes


NAMA           : HARDIANTOLUKMANA
NIM    : 105 33 5722 09
KELAS          : VI.D     
M.KULIA EVALUASI TUGAS AKHIR               
                
                                                           Identitas Novel
Judul novel                                   : Kawin laris
Jenulis                              : Cassandra dan Ela
Jenerbit                             : GagasMedia
Tempat/Tempat                : Jakarta, 2009
        Tebal                               : 222 hal
Harga                               : 21.000,00
       Ukuran                              : 11,5 X 19 Cm
Unsur – unsur Intrinsik
a.       Tema
Menceritakan tentang kehidupan para penghulu pernikahan.
b.      Tokoh dan Perwatakan
1.      Agus          : Seorang penghulu yang baik, rendah hati, penyabar.
2.      Lin                         : Seorang gadis yang berkulit putih dengan wajah yang lembut ,baik, sekaligus dia menjadi asisten Agus.
3.      Allisa         : Seorang artis yang cantik dan memiliki perilaku yang baik.
4.      Beben        : Baik dan berwibawa.
5.      Deon         : Seorang penghulu yang muda berwaja sok gangteng, matre, irih dan angkuh.
6.      Mamud      :  Asisten Deon,  irih dan angkuh.
7.      Pandu        : Seorang anak jedral, yang keras kepala.
c.       Alur dan Pengaluran
Pada novel ini memakai alur maju, karena dalam ceritanya tidak terdapat kilas balik sehingga membuat pembaca penasaran apa yang akan terjadi di kisah selanjutnya.
Berikut sinopsis novel :
‘’JADI PENGHULU’’ itu yang dijawab Agus kecil ketika ditanya apa cita – citanya.
Namun, ternyata, jadi penghulu itu tidak mudah. Agus dihadapkan kepada gedung  Kantopr Urusan Agama (KUA) telah jadi kandang bebek. Bobrok,Teror, Penculikan, Hasutan, Juga berbagai tindakan dari pesaingnya, Doen dan asisitennya, Mamud.
Kelas persiapan perkawinan yang yang diadakan Agus pun diipertanyakan. Ia bicara cinta dan pernikahan, padahal sendiri belum menikah dan bahkan, belum pernah jatuh cinta.
Mampukah Agus menjalankan cita – citanya sebagai abdi masyarakat, sementara orang - orang tidak percaya lagi pada komitmen dan pernikahan? Bisa percayakah Agus pada cinta?
d.      Sudut pandang, gaya bahasa dan nada
Sudut pandang Novel ini menggunakan sudut pandang orang kedua karena pengarang tidak terlibat tapi ikut menerangkan tokoh – tokohnya dan waktu mereka.
Gaya bahasa
Bahasa yang digunakan tidak berbelik – belik walaupun ada kosa kata yang kita tidak ketahui maknanya dan belum dapat kita pahamin dikarenakan cerita menyusaikan tempat atu daerah.
Dapat dilihat pada kutipan novel berikut ini.
‘’semua ini terjadi kareena bapak itu,’’ kata lin seolah – olah tahu apa yang sedang Agus pikirkan. Agus menengok, bingun dengan maksud ucapan lin, ‘’Eta teh saha? Kerabat pengantin?’’ tanya Agus dengan mimik bingung campur penasaran.   (Pada halaman 6)
Bahkan, ketika Agus membuka sebuah ruangan, tiba – tiba dari dalam runagan itu muncul seekor bebek. Agus sangat kaget, ia melompat kesamping, berusaha menghindari bebek yang hampir menabraknya itu.
‘’Hahaha. . .punten, kang?’’ Beben tertawa sambil menangkap bebek di depan pintu. Kemudaian, ia mengangkat bebek tersebut dan menggendongnya. ‘’Bahkan, KUA lebih sering jadi tempat tinggal bebek daripada tempat ijad kabul,’’ canda Beben sambil mengusap – usap kepalan bebek yang langsung berkeok keok seperti membenarkan ucapan beben barusan. (pada halaman 44).
‘’Stooooop!’’ teriak Agus sambil berlari, melambaikan tangan ke mobil mewah itu, seakan – akan berharap salah satu penumpang mobil tersebut melihatnya.
Namun, tidak ada satupun dari mereka yang melihatnya. Untunglah hujan menbuat mobil melaju dengan lambat sehingg Agus berhasil menyusul mobil tersebut. Agus mengetuk jendela samping mobil. ‘’cincin  teteh!’’ kata Agus sambil menempelkan cincin Amanda dijendela mobil. Amanda yang terus menatap ke jendela kembalik kaget, matanya berbinar senang, ‘’pak, stop mobilnya!’’ teriak Amanda. (Pada halaman 164)

“kami datang kemari bukan untuk melihat Agus....“ kata ibu Agus pada akhirnya. Agus menatap orangtuanya dengan bingung.
‘’kami teh mau mengurus akta nikah kami yang hilang,’’ lanjut sang Ayah. (pada halaman 175).
Mamud langsung berusaha memeluk Amanda Alissaamun. ’’betul sekali! Mbok penngen sekali dicium sama kamu....,’’ kata mamud dengan logat yang tidak kalah mendok. Bibirnya monyong yang siap mencium Amanda Alissa. Namun, Deon mendorang Mamud hingga mereka jadi berfoto bertiga.
‘’Duh, Cah Ayu. Mbok denger si Pandu itu nanti juga mau terjun di politik, ya? Untung, ya, dia sudah menikah sama kamu. Kalau belum punya istri kan, katanya ga boleh punya jabatan,’’ cerocos Mamud, masih dengan logat jawa yang dipaksakan. (Pada halaman 176).
Agus menggelengkan kepala, sama sekali tidak mengerti dengan sikap Pandu. ‘’kumaha atuh akang....,’’kata diam saja? Dia sudah mengfitnah Akang....,’’ kata lin yang sudah berdiri di samping Agus . (pada halaman 180)
e.       Setting (Latar)
Waktu              : Siang hari, pagi Itu, sore, keesokan harinya.
Tempat            : di rumah, kantor urusan agama (KUA) marga suka dan kantor urusan agama    marga senang, di bawah monas, di depan pintu,  delma.      
Suasana           : menyenangkan, bahagia, menegankan, menyedihkan.
Berikut kutipan novel Kawin Laris :
Boca kecil berusia 7  tahunan berwajah bulat dengan sorot mata yang polos, berdiri di depan sebuah rumah dengan dua janur kuning melengkung yang ditancapkan di kedua sisi pagar rumah tersebut. Suara alunan gemelaan sunda terdengar sampai seantero. Suarah itu semaking mempertegas makna kemeriahan yang sedang dirayakan oleh seluruh penghuni rumah. Agus menatap ke dalam rumah itu, wajahnya dipenuhi senyuman, senyuman khas Agus. Senyum bahagia melihat orang – orang bahagia. (Pada halaman 3)
Setelah melewati hari – hari di pesantren selama beberapa tahun, berkutat debgan buku dan kitab – kitab agamaa islam, akhirnya, Agus berhasil menyelasaikan pendidikannya. Dia menatap ijaza di tangannya, tersenyum penuh kebahagian.
Agus berdiri di depan sebuah Kantor Urusan Agama (KUA), Membaca sebuah dokumen di tanggannya, surat pengankatan dirinya sebagai sebaga penghuludan surat penugasan pertama yang ia terima. Agus tersenyum menatap KUA di depannya. (pada halaman 21).
Sore ini tidak seperti biasa. Agus yang suka mangkir ke pengajian karena keasikan menontong kondangan berlari dengan tergesa masuk ke dalam kelas. (Pada halaman 11 – 12)
dua orang saling mencintai. Mereka itu seperti bunga rantai. Masing – masing membuka kelopaknya satu demi satu. Menunjukkan hati emasnya tidak erat tertutup, Agar membias di kolam, pohon – pohon.
Suasana di kelas menjadi romantis seketika, pada murid mendengarkan kata demi kata yang agus ucapan sambil berpegangan tangan. Dari luar kelas, lin diam – diam mengupin dari luar, merasapi kata – kata itu. Lin terharu hingga tanpa sadar meneteskan air mata. (Pada halaman 63).
Ayah dan ibu Agus menganggup, menatap Agus. Kemudian, keduanya saling melirik, seperti hendak menyampikan sesuatu yang sangat rahsia.
‘’kami datang kemari bukan untuk melihat Agus...., ‘’kata ibu Agus pada akhirnya. Agus menatap orangtuanya dengan bingung.
‘’kami teh mau mengurus akta nikah kami yang hilang,’’ lanjut sang Ayah.’’buat apa pak?’’  Agus menatap kedua orangtuanya dengan bingung.
‘’Agus, Bapakb dan ibu mau cerai,’’ kata ibunya dengan suara tipis, nyaris tak terdengar.
JEDER! Agus seperti di sambar petir mendengarnya. Ia terpaku, tidak bisa mengeluarkan sepata kata pun dari mulutnya.(pada halaman 175)
Pak firdaus itu menengok ke belakang dengan tegang. Rombongan motor semakin dekat. Si bapak segera mengeluarkan dompeknya dan menarik dua lembar uang lima puluh ribuang. ‘’Ngebut pak! Gueh tambah gocap!’’.( pada halaman 108).
Di bawah monas, agus dan lin berdiri dengan wajah yang cerah. Agus terlit ganteng dengan jas pengantin sunda berwarna Cream yang dipenuhi bordiran di sepanjang kancing baju, dada, lengandan kerah jas. Sementara lin terlihat sangat cantik, ia memakai kebaya sunda dengan kain batik yang dipenuhi bordiran canti. Mereka menatap kedepan dengan senyum bahagia. (Pada halaman 217)
Unsur – unsur Estrinsik
Nilai – nilai yang terdapat pada novel Kawin Laris
1.      ibadah
Nilai ibadah dapat dilihat pada kutipan novel berikut ini :
Agus jadi ikut tertawa. Ia menatap berkali – kali KUA itu sekali lagi. Sekarang ia mulai yakin. Dengan dukungan orang – orang jujur seperti Beben, ia akan mampu mengembalikan fungsi dan kewibawaan sebuah lembaga perkawinan yang sepertinya mulai  di salah gunakan untuk kepentingan komersial semata. Padahal sebuah lembaga perkawinan adalah ikatan yang sakral antara orang pria dan wanita untuk melahirkan keturunan yang baik, yang akan mewarisi kelangsungan kehidupan di bumi. (pada halaman 47).
2.      Kasih sayang
Nilai kasi sayang dapat dilihat pada kutipan berikut ini :
“Halo, Agus. Saya kemari kemari menagi janjisaya. Kamu sudah tahu isi surah Ar-Ruum, tanya pak Dadang.
Agus menengok kaget, tetapi ia tersenyum dan  mulai melafalkan isi surat Ar-Ruum ayat 21 itu.
 وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Ucap Agus dengan lancar.
Pak Dadang mendengarkan suara indah Agus sampai menikkan air mata. Lin yang berdiri disamping Agus pun terharu luar biasa mendengarnya. Ia sampai tidak bisa berkata apa – apa. Perlu saya artikan pak “? Tanya Agus.  Pak Dadang menjawab dengan anggukan.
Agus pun mulai menerjamahkan artinya. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir”. Agus menyelasaikan tugasnya dengaan baik.
“Indahnya, ya. Manusia tidak bisa menciptakan itu. Tapi kita bisa merasakan kebenarannya.” Kata pak Dadang sambil tersenyum. (Pada halaman 194 – 195)
Ø  Pesan moral
Sebuah arti pernikahan bagi para calon pengantin yang akan melanjutkan pernikahan


.Tes kemampuan menulis


a. Tes kemampuan ingatan :
     Apakah yang dimaksud dengan paragraph deduktif?
b. Tes kemampuan menulis tingkat pemahaman :
   
Sebut dan jelaskan ciri-ciri karangan yang baik!
c. Tes kemampuan menulis tingkat penerapan :
   
Buatlah lima kalimat yang mengandung unsure S,P,O,Pel!
d. Catatan tes kemampuan menulis tingkatan analisis ke atas:
   
Buatlah sebuah tes wawancara tentang pendidikan?


 TES KASASTRAAN
a. Tes kesastraan tingkat ingatan :
    apa yang dimaksud novel
b. Tes kesastraan tingkat pemahaman :
Buatlah kesimpulan dengan kata-katamu sendiri tentang novel yang telah anda bacatentang kawin laris
c. Tes kesastraan tingkat penerapan :
    siapakah pengarang puisi dibawa

   PUSARA  PAHLAWAN

(buah karya: Kakanda)
Tubuh-tubuh kaku terbujur sunyi
terpancang tonggak bisu tak bernama
tanah merah tanpa bertabur bunga
tapi rela pahlawan terbaring di pusara.
Ketika kejam peperangan merobek damai sepi
kau angkat senjata tanpa dipinta
melawan penindasan dan penjajahan
demi bumi pertiwi.
Ketika tangan tangan masih mampu mencekam mencengkeram
jantung berdetak hati berderak
kau pekikkan satu tekad:
MERDEKA.
Kau biarkan di sekujur tubuhmu
luka nganga bertaut sendiri
kau korbankan milikmu, hidupmu
gugur satu-satu.
Sebelum sempat kukalungkan bunga di lehermu
aku sematkan bintang jasa di dadamu
kau berlalu tanpa meminta balas jasa.
Pahlawanku,
ijinkan aku seka darah di luka tubuhmu
aku hapus debu di telanjang kakimu
sebagai rasa hormat dan terima kasihku.
Pahlawanku,
di atas pusaramu
kutaburkan wangi bunga-bunga
dan kuteteskan haru air mata.
Kendal, Agustus ‘76
d. Tes kesastraan tingkat analisis:
    Konflik apa saja yang terjadi di dalam novel kawin laris?
e. Tes kesastraan tingkat sintetis :
     Tuliskan tema,alur, setting dan tokoh dalam novel kawin laris?
f. Tes kesastraan tingkat penilaian :
Siswa di tuntut mampu melakukan penilaian terhadap berbagai masalah kesastraan, baik karya     sastra dengan unsur-unsurnya! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar