Sabtu, 23 Juni 2012

Tugas ke- 2 evaluasi.

Nama : Sri Handayani M
Nim    : 10533 5700 09
Tugas  : ke- 2


SILABUS PEMBELAJARAN
Sekolah                                   : SMP Negeri 13 Makassar
Mata Pelajaran                       : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester                       : IX (Sembilan) / 2 (Dua)
Standar Kompetensi             : Mendengarkan
                                                13. Memahami wacana sastra melalui kegiatan mendengarkan pembacaan sinopsis novel/roman

Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
Teknik Penilaian
Bentuk
 Instrumen
Contoh
Instrumen
13.1
Menerangkan sifat-sifat tokoh dari kutipan novel yang di bacakan/didengarkan.
Cara menerangkan sifat tokoh dan implementasinya
o Mendengarkan pembacaan kutipan novel
o Menentukan tokoh-tokoh yang terdapat dalam kutipan novel
o Menentukan sifat/watak tokoh
·  Mampu menentukan tokoh-tokoh
·  Mampu menentukan sifat tokoh dengan alasan yang meyakinkan


Tes  tulis
Uraian
·  Tuliskan nama tokoh-tokoh  yang terdapat dalam rekaman novel...?
·  Siapa tokoh protagonis dan antagonis dalam rekaman novel..?
·  Bagaimana watak/sifat tokoh-tokoh dalam rekaman novel..? beri bukti yang mendukung simpulan watak tersebut
2 X 40’
Rekaman kutipan novel/roman

v  Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )






Materi Pembelajaran

Pengertian Novel
Novel adalah salah satu karya fiksi, yang merupakan karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (menurut KBBI).
Unsur-Unsur Fiksi
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri, unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita.
Unsur Ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra itu sendiri, tetapi tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisasi karya sastra.
Unsur Intrinksik:
1)      Tema : merupakan pokok persoalan yang menjiwai seluruh cerita. Tema diangkat dari konflik kehidupan.
2)      Plot : dasar cerita; pengembangan cerita.
3)      Alur: rangkaian cerita
Dalam alur hubungan tokoh bisa rapat yaitu memusat pada satu tokoh; atau renggang yaitu tokoh berjalan masing-masing. Proses alur bisa maju; mundur; atau maju mundur. Penyelesaian Alur ada alur klimaks dan ada alur anti klimaks.
1.      Alur maju atau alur lurus, yaitu apabila cerita tersebut disusun mulai dari awal diteruskan dengan peristiwa-peristiwa berikutnya, dan berakhir pemecahan masalah.
2.        Alur mundur atau alur sorot balik (flashback) yaitu apabila cerita disusun mulai dari bagian akhir dan bergerak ke depan menuju titik awal cerita.
3.        Alur campuran, yaitu apabila peristiwa-peristiwa yang ada dalam cerita tersebut disusun secara campuran, waktu kini ke waktu lampau dan waktu lampau ke waktu kini.
4)      Latar/Setting : tempat terjadinya cerita, terbagi menjadi :
§  setting geografis ----> tempat di mana kejadian berlangsung
§  setting antropologis ----> kejadian berkaitan dengan situasi masyarakat, kejiwaan pola pikir, adat-istiadat.
5)      Penokohan / Pewatakan : 
adalah pemberian sifat,baik lahir maupun batin pada seorang tokoh atau pelaku yang terdapat pada cerita. Misalnya: ada tokoh yang antagonis (jahat) dan ada tokoh yang protagonist (baik) dan menjadi tokoh utama. Penghadiran tokoh bisa langsung dengan cara melakukan deskripsi, melukiskan pribadi tokoh; atau tidak langsung dengan cara dialog antar tokoh
6)      Sudut pandang : yang mendasari tema dan tujuan penulisan Penghadiran bisa dengan :
-gaya orang pertama---> penulis terlibat sebagai salah satu tokoh
- gaya orang ketiga ---> penulis serba tahu apa yang terjadi tetapi tidak terlibat di dalam cerita.
7)      Suasana : yang mendasari suasana cerita adalah penokohan karena perbedaan karakter sehingga menimbulkan konflik. Dengan konflik pengarang berhadapan dengan suasana menyedihkan, mengharukan, menantang, menyenangkan, atau memberi inspirasi.

*      Kutipan Novel

Si Jamin dan Si Johan
Oleh: Merari siregar

Si jamin menelusuri jalan setapak di tengah teriknya sinar matahari. Ia adalah pengemis kecil yang harus membiayai hidup si johan (adiknya) dan Inem (ibu tirinya yang sangat kejam). Dalam usianya yang begitu muda,ia harus berperang melawan keganasan kota Jakarta.
Suatu hari ia dipukuli Inem (ibu tirinya) karena membawa uang dua puluh Sembilan sen. Kalau saja ibu kandungnya masih hidup, tentu mereka tidak akan menderita seperti ini dan ayahnya pun takkan menjadi pemabuk.
Hari demi hari dilalui Jamin dengan menjadi pengemis dan semua uangnya harus ia serahkan kepada ibu tirinya.
…………………………………………………………………………………………………..
(Sumber, Ikhtisar Roman Sastra Indonesia, 1999,dengan pengubahan)



Soal!
1.      Tuliskan nama tokoh-tokoh yang terdapat dalam rekaman/ kutipan novel X?
2.      Siapakah tokoh protagonis dan antagonis dalam rekaman novel X?
3.      Bagaimanakah watak/sifat tokoh-tokoh dalam rekaman novel X?
Tujuan Pembelajaran khusus yang memuat Empat criteria
          A: Audience (sasaran)
            B: Behavior (tingkah laku)
            C: Condition (syarat)
            D: Degree (ukuran)
Ø Setelah melaksanakan kegiatan belajar mengajar, siswa kelas IX dapat menerangkan
C                                                                             A                             B
sifat-sifat tokoh dari kutipan novel yang dibacakan.
                                                D

Ø  Setelah melaksanakan kegiatan belajar mengajar, Siswa kelas IX dapat menyebutkan tokoh-tokoh dari kutipan novel yang dibacakan.

Tujuan
Nomor butir soal
Jumlah
Tujuan 1
Tujuan 2
3
1,2
1
2

Jumlah

3











SILABUS

Nama Sekolah             : HASNIATI HASAN
Mata Pelajaran             : Bahasa Indonesia
Kelas                           : XI
Semester                      :  2
Standar Kompetensi     Mendengarkan
                                    13. Memahami pembacaan cerpen

Standar
Kompetensi
Kompetensi
 Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber/
Bahan/Alat
Memahami pembacaan cerpen

13.1  Mengidentifikasi alur, penokohan, dan latar dalam cerpen yang dibacakan

Cerpen yang dibacakan
·   Unsur-unsur cerpen (alur, penokohan, dan latar)

·   Mendengarkanceroen yang dibacakan oleh teman (loyalitas)
·   Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dalam cerpen yang didengar (kerja keras)
·   Mendiskusikan unsur-unsur intrinsik dalam cerpen (kerja sama)

·   Mengindentifikasi alur, penokohan, dan latar cerpen yang didengar
·   Mendiskusikan alur, penokohan, dan latar cerpen
f
Jenis Tagihan:
·     tugas individu
·     tugas kelompok
·     ulangan

Bentuk Tagihan:
·     uraian bebas
·     pilihan ganda
·     jawaban singkat

4


·     media massa/ koran/ majalah/ internet
·     buku kumpulan cerpen
·     buku Kompeten Berbahasa Indonesia, Erlangga






MATERI PEMBELJARAN


1. Tema
Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Atau gampangnya, tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita.
Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Karena itu, tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita. Tema dalam banyak hal bersifat ”mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu, termasuk pula berbagai unsur intrinsik yang lain.
Tema ada yang dinyatakan secara eksplisit (disebutkan) dan ada pula yang dinyatakan secara implisit (tanpa disebutkan tetapi dipahami).
Dalam menentukan tema, pengarang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: minat pribadi, selera pembaca, dan keinginan penerbit atau penguasa.
Dalam sebuah karya sastra, disamping ada tema sentral, seringkali ada pula tema sampingan. Tema sentral adalah tema yang menjadi pusat seluruh rangkaian peristiwa dalam cerita. Adapun tema sampingan adalah tema-tema lain yang mengiringi tema sentral.
2) Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.
3) Tokoh
Tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, namun dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.
Tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita.
Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu:
  1. Tokoh sentral protagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
  2. Tokoh sentral antagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
Adapun tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
  1. Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan tokoh sentral (baik protagonis ataupun antagonis).
  2. Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa cerita.
  3. Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja.
Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Ada dua metode penyajian watak tokoh, yaitu:
  1. Metode analitis/langsung/diskursif, yaitu penyajian watak tokoh dengan cara memaparkan watak tokoh secara langsung.
  2. Metode dramatik/tak langsung/ragaan, yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
Adapun menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM, ada lima cara menyajikan watak tokoh, yaitu:
  1. Melalui apa yang diperbuatnya, tindakan-tindakannya, terutama bagaimana ia bersikap dalam situasi kritis.
  2. Melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah tokoh tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.
  3. Melalui penggambaran fisik tokoh.
  4. Melalui pikiran-pikirannya
  5. Melalui penerangan langsung
4) Alur (Plot)
Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur dapat disusun berdasarkan tiga hal, yaitu:
  1. Berdasarkan urutan waktu terjadinya (kronologi). Alur yang demikian disebut alur linear.
  2. Berdasarkan hubungan sebab akibat (kausal). Alur yang demikian disebut alur kausal.
  3. Berdasarkan tema cerita. Alur yang demikian disebut alur tematik. Dalam cerita yang beralur tematik, setiap peristiwa seolah-olah berdiri sendiri. Kalau salah satu episode dihilangkan cerita tersebut masih dapat dipahami.
Adapun struktur alur adalah sebagai berikut:
  1. Bagian awal, terdiri atas: 1) paparan (exposition), 2) rangsangan (inciting moment), dan 3) gawatan (rising action).
  2. Bagian tengah, terdiri atas: 4) tikaian (conflict), 5) rumitan (complication), dan 6) klimaks.
  3. Bagian akhir, terdiri atas: 7) leraian (falling action), dan 8- selesaian (denouement).
Dalam membangun alur, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan agar alur menjadi dinamis. Faktor-faktor penting tersebut adalah:
  1. Faktor kebolehjadian. Maksudnya, peristiwa-peristiwa cerita sebaiknya tidak selalu realistik tetapi masuk akal.
  2. Faktor kejutan. Maksudnya, peristiwa-peristiwa sebaiknya tidak dapat secara langsung ditebak / dikenali oleh pembaca.
  3. Faktor kebetulan. Yaitu peristiwa-peristiwa tidak diduga terjadi, secara kebetulan terjadi.
Kombinasi atau variasi ketiga faktor tersebutlah yang menyebabkan alur menjadi dinamis.
Adapun hal yang harus dihindari dalam alur adalah lanturan (digresi). Lanturan adalah peristiwa atau episode yang tidak berhubungan dengan inti cerita atau menyimpang dari pokok persoalan yang sedang dihadapi dalam cerita.
5. Latar (setting)
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana, dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok:
a. Latar tempat, mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
b. Latar waktu, berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
c. Latar sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial bisa mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta status sosial.
6. Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang adalah cara memandang dan menghadirkan tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Dalam hal ini, ada dua macam sudut pandang yang bisa dipakai:
a. Sudut pandang orang pertama (first person point of view)
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang orang pertama, ‘aku’, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ‘aku’ tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si ‘aku’ tersebut.
Sudut pandang orang pertama masih bisa dibedakan menjadi dua:
  1. ‘Aku’ tokoh utama. Dalam sudut pandang teknik ini, si ‘aku’ mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniyah, dalam diri sendiri, maupun fisik, dan hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ‘aku’ menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ‘aku’, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian, si ‘aku’ menjadi tokoh utama (first person central).
  2. ‘Aku’ tokoh tambahan. Dalam sudut pandang ini, tokoh ‘aku’ muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh ‘aku’ hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si ‘aku’ tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan demikian si ‘aku’ hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si ‘aku’ pada umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.
b. Sudut pandang orang ketiga (third person point of view)
Dalam cerita yang menpergunakan sudut pandang orang ketiga, ‘dia’, narator adalah seorang yang berada di luar cerita, yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti.
Sudut pandang ‘dia’ dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya:
  1. ‘Dia’ mahatahu. Dalam sudut pandang ini, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh ‘dia’ tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh ‘dia’ yang satu ke ‘dia’ yang lain, menceritakan atau sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.
  2. ‘Dia’ terbatas (‘dia’ sebagai pengamat). Dalam sudut pandang ini, pengarang mempergunakan orang ketiga sebagai pencerita yang terbatas hak berceritanya, terbatas pengetahuannya (hanya menceritakan apa yang dilihatnya saja).
7. Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa harus didukung oleh diksi (pemilihan kata) yang tepat. Namun, diksi bukanlah satu-satunya hal yang membentuk gaya bahasa.
Gaya bahasa merupakan cara pengungkapan yang khas bagi setiap pengarang. Gaya seorang pengarang tidak akan sama apabila dibandingkan dengan gaya pengarang lainnya, karena pengarang tertentu selalu menyajikan hal-hal yang berhubungan erat dengan selera pribadinya dan kepekaannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitamya.
Gaya bahasa dapat menciptakan suasana yang berbeda-beda: berterus terang, satiris, simpatik, menjengkelkan, emosional, dan sebagainya. Bahasa dapat menciptakan suasana yang tepat bagi adegan seram, adegan cinta, adegan peperangan dan lain-lain.


SOAL
1. tentukanlah alur cerpen tersebut!
2. tuliskan penokohan cerpen tersebut!
3. tuliskan latar cerpen tersebut!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar